8.06.2012

Nasionalis dan Cinta Negeri

Beberapa bulan telah berlalu. Aku teringat benar bagaimana Busyro Muqodash yang waktu itu masih menjabat sebagai Ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) di negara ini. Beliau sempat menyampaikan pesan-pesan kepada kami saat ini. "Kampus itu tidak boleh sepi dari pengkritisan mahasiswa." Beliau menyampaikan itu di acara Sarasehan Nasional, yang dilaksanakan di UGM selama tiga hari. Di acara yang bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda itu, aku datang bersama dua orang adik angkatanku sebagai perwakilan dari kampusku. Seperti seluruh delegasi-delegasi lainnya yang datang dari masing-masing kampus dari setiap penjuru negeri ini, aku dan rekanku mendengarkan dan mengikuti setiap sesi dengan penuh perhatian.

Yah, memang benar. Benar apa yang dikatakan Busyro Muqodash. Mahasiswa itu harus kritis, jangan cuma rajin belajar, hafalan, dapat A, sudah. Bukan begitu esensi kita belajar sebagai mahasiswa. Selain kritis, mahasiswa juga dituntut untuk bisa aplikatif. Pintar secara akademis itu ga cukup. Akan lebih baik jika diimbangi dengan pintar secara non-akademis. Maka kalau sudah begitu, cerdas pun akan tercipta. As we all know, karna pintar itu beda dengan cerdas.


Amin Rais dan juga beberapa tokoh nasional juga hadir dalam acara itu. Senang sekali rasanya bisa menyaksikan langsung bagaimana beliau-beliau ini menyampaikan ceramah-ceramah akan harapan untuk anak-anak muda Indonesia saat ini. Rasanya aku jadi semakin ter-influence untuk ikut berlomba-lomba menjadi anak muda yang bisa memberi impact yang berarti untuk kemajuan bangsa. Hmm, terlalu berlebihan? Kurasa tidak.



Aku melihat bagaimana ribuan mahasiswa kala itu pun turut antusias dengan menyampaikan berbagai tanya jawab seputar isu-isu bangsa. Kuharap itu bukan sekedar teoritis semata, bukan sekedar euforia sesaat saja, yang kemudian hilang tanpa bekas setelah acara usai.


Aku teringat tentang bagaimana gaya orang-orang besar berbicara. Aku senang sekali jika mendengarkan diskusi-diskusi mereka. Di televisi, di radio, di seminar-seminar, atau di media lainnya. Entah kenapa aku sering tertarik terhadap berbagai isu bangsa ini. Aku merasa sayang terhadap bangsa ini. Karna aku memang cukup nasionalis. Negeri ini terlalu kaya untuk menjadi miskin. Negeri ini terlalu besar untuk menjadi kecil. Aku sering merasa sayang kalau Indonesia kalah dalam kompetisi-kompetisi positif.

Aku ini hanya anak biasa, tapi aku punya beberapa impian kaitannya tentang bangsa ini. Tidak muluk-muluk. Tapi semua itu ada, semua itu sudah aku simpan rapat-rapat dalam pikiran dan cukup kutuangkan dalam sebuah catatan kecil di hati dan otakku. Hanya bisa berusaha untuk mewujudkan semua dan berdoa seraya berpasrah kepada Tuhan-ku. Semoga waktu bisa menjawab semua itu. Amin.







Nur Alfi Ekowati
[06-08-2012]

0 komentar:

Posting Komentar