11.10.2015

Asiknya Menjadi Moderator

Menjadi moderator sepertinya menjadi sesuatu yang membuat saya merasa kecanduan. Entah kenapa saya suka dengan "peran" yang satu ini. Manakala saya teringat kalau background saya adalah di bidang computer science/informatics, saya jadi merasa peran ini bertolak belakang dengan latar belakang yang saya miliki. Meski demikian saya menikmati peran tersebut.

Menjadi moderator atau MC (master of ceremony) sebetulnya memang bukan pengalaman baru buat saya. Namun selama tinggal di Jerman, pengalaman menjadi moderator di acara yang "serius" masih bisa dihitung dengan jari tangan. Seperti yang terakhir di bulan lalu, di sebuah acara bedah buku, di Jerman. Acara ini terbuka untuk umum, khususnya untuk masyarakat Indonesia di Jerman.







Sebagai panitia kami mengundang seorang penulis buku dengan 11 buku national best-selling, Trinity. Berkat buku The Naked Traveler yang menjadi andalannya, beliau dinobatkan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di Indonesia, khususnya di bidang pariwisata dan traveling. Konon buku yang kami bedah akan diangkat menjadi film layar lebar di tahun ini. Profilnya begitu menarik. Saya pernah menulis sebuah postingan tentang beliau di sini, dimana saya saat itu hanya menjadi seorang penonton acaranya saja. Beberapa tahun berlalu, saya sama sekali tidak menyangka kalau saya dipertemukan kembali dengan beliau, di Jerman, dan saya yang menjadi moderatornya - sekaligus ketua panitia, bukan penonton lagi. Acara ini dihadiri oleh masyarakat Indonesia yang datang dari berbagai daerah di Jerman. Acaranya meriah, menarik, dan sukses. Semakin menarik dengan adanya special performance dari AGT 35 yang membawakan dua buah lagu, dan Berlian yang menunjukan kemampuannya dalam membaca syair/puisi.






AGT 35 (Adrian Nuradiansyah, Bunga Annisa, Satyadharma Tirtarasa) 











Berlian Marsielle

Bersama panitia dan peserta 




Saya teringat ketika pertama kali menjadi moderator. Saat itu saya masih SMP, menjadi moderator untuk simulasi debat di kelas. Berawal dari situ koq saya merasa sepertinya saya punya sedikit bakat untuk jadi moderator atau MC. Pengalaman pun berlanjut dengan menjadi MC di acara ulang tahun teman, di acara-acara kecil seperti pengajian, sampai acara-acara penting seperti talkshow dan seminar. Diam-diam saya juga pernah menjadi seorang penyiar di sebuah radio. Nama udara saya bukan Alfi, jadi kala itu hanya sedikit orang yang tahu kalau suara yang mengudara itu sebetulnya suara saya. Yah, walaupun hanya menjadi seorang penyiar amatir dan beberapa bulan saja, tapi saya anggap itu adalah satu tahap latihan untuk mengasah kemampuan "bicara" saya. Skill saya terlatih melalui acara-acara tersebut, bahwa saya harus bisa bridging, harus bisa menyusun kalimat dengan diksi yang tepat di setiap moment, harus persuasif, harus meng-entertain hadirin, harus cepat tanggap bercakap dengan narasumber, dan lain sebagainya.

Sampai pada akhirnya saya memainkan peran itu kembali di Jerman, di beberapa acara.







Pelatihan Pengasuhan Anak dan Remaja












- Pictures from committees.

10 November 2015
Nur Alfi Ekowati