12.09.2014

Eropa Mengajarkan Banyak Hal

Hampir setiap hal di dunia ini ada sisi positif dan negatifnya, termasuk hidup di Eropa. Benua yang telah melahirkan sekian banyak ilmuwan sekaliber Galileo, Newton, dan Einstein ini memang pantas dijadikan tempat untuk menimba ilmu. Tak heran begitu banyak pendatang dari luar benua berbondong-bondong untuk belajar di sini.

Sebagai representasi, poin-poin berikut adalah sebagian kecil dari sisi positif yang bisa dicatat berdasarkan refleksi diri selama setahun ini, dan juga observasi dari berbagai sumber. Semoga bisa diambil hikmah dan manfaatnya.

Eropa Mengajarkan untuk Tidak Melupakan Guru, Dosen, dan Orang-Orang yang Pernah Berjasa Besar
Orang yang jauh-jauh datang ke sini untuk menimba ilmu, sosok guru atau dosen adalah sosok yang begitu layak untuk diingat. Tanpa adanya mereka yang mengajar baca hitung tulis, susah juga untuk mencapai titik lompat sejauh ini. Maka memang benar kata peribahasa, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Tanyalah pada seribu guru, mereka adalah salah satu orang pertama yang akan merasa senang jika anak didiknya maju. Maka mengingatnya adalah salah satu bentuk ucapan terima kasih.

 

Eropa Mengajarkan untuk Memperbaiki Diri
Jauh-jauh ke Eropa jika kemudian tidak menjadi lebih baik dari hari kemarin, adalah suatu kerugian. Apa yang salah di masa lalu memang selayaknya diperbaiki. Karena jauh-jauh raga ini "dilempar" ke tanah ini bukan untuk belajar sains saja, tapi juga untuk memperbaiki apa yang perlu diperbaiki, termasuk karakter. Maka yang bisa memanfaatkan momentum seperti ini adalah mereka yang beruntung.

Eropa Mengajarkan untuk Ikhlas
Ini pernah dialami oleh beberapa orang yang menceritakan kisahnya pada saya. Saya pun tak luput dari hal yang satu ini. Pernah disakiti oleh teman (saat di Indonesia) karena ucapannya. Rasanya luar biasa sakit. Tak ada satu orang pun yang tahu apa yang terjadi di belakang layar atas luapan emosi yang sudah tidak bisa dibendung lagi.

Memaafkan? Sudah. Melupakan? Sudah diupayakan. Tapi ternyata trauma adalah hal yang tidak bisa dibohongi. Hingga detik ini terkadang tetiba sedih sendiri. Maka jauh-jauh datang ke Eropa pun adalah untuk belajar ikhlas.




 
Eropa Mengajarkan untuk Kuat
Ternyata hidup di Eropa bukanlah tentang berfoya-foya (meskipun semua tergantung dari tujuan utama masing-masing individu). Bagi seorang pelajar, pontang-pantingnya mengejar kredit kuliah di sini adalah sebuah hal yang lumrah ditemui. Hanya dinyatakan lulus satu mata kuliah pun adalah satu hal yang sangat disyukuri. Maka Eropa memaksa untuk kuat. Perpustakaan ramai orang belajar adalah hal yang lumrah di sini.






Eropa Mengajarkan untuk Down to Earth
Jawara sekolah di Indonesia nyatanya bukan jaminan di sini bisa mengikuti materi dengan baik. Karena itulah, berkaca dari para ilmuwan di sini patut menjadi satu hal yang wajib dilakukan. Rendah hati meski kaya ilmu. Ini nasihat juga untuk diri saya sendiri.


Eropa Mengajarkan untuk Lebih Toleran dan Open-Minded
Keberagaman di Indonesia terkadang belum cukup untuk bisa menghargai orang lain yang berbeda dan membuat pikiran terbuka.


Eropa Mengajarkan untuk Cuek
"Siapa bilang mendapat beasiswa ke Eropa membuat semua orang di sekitarmu senang? Orang sinis pun ada, yang selalu mencari celah burukmu," kata X.

Adalah suatu hal yang mustahil ketika kita mengharap semua orang suka pada kita. Yang namanya manusia pasti ada yang suka dan ada yang tidak. Jangankan kita yang manusia biasa, sebaik-baik manusia seperti nabi saja ada yang membencinya. Maka cuek terkadang menjadi obat yang manjur. Tutup kuping dari kata-kata yang hanya membuat lelah dan sia-sia. Karena mendengarkan setiap ucapan orang tidak akan membuat kita maju. Fokus untuk kebahagiaan orang-orang yang kita sayangi adalah hal yang lebih patut untuk dipikirkan.



Eropa Mengajarkan untuk Bisa Membagi Cinta dan Cita-Cita
"Lagi apa, Nak? Dari tadi koq belum balas pesan Bapak?"
"Bu'e mau berangkat arisan dulu sekarang. Nanti tolong ditelpon lagi ya."

Ah, ini adalah hal yang klasik. Tapi seriously, semakin jauh pergi dari rumah akan semakin tersadar untuk selalu jaga komunikasi dengan keluarga. Karena semakin jauh jarak semakin mudah pula mereka akan merindukan. Lupakan sejenak kesibukan yang ada, beri quality time untuk mereka.

  





Eropa Mengajarkan Siapa yang Benar-Benar Sahabat
Ada yang bertahun-tahun tak nampak tiba-tiba menghubungi. Ada yang sering bertegur sapa tiba-tiba menghilang. Eropa menguji dan menyeleksi siapa saja yang bertahan menemani di kala susah ataupun senang, di saat jauh ataupun dekat. Meskipun hanya bersapa, "Hey, kamu apa kabar?", sudah menjadi satu penilaian tersendiri.


Eropa Mengajarkan Tentang Kedisiplinan
Menunggu tram di halte saat musim dingin tidak disarankan berlama-lama, atau resikonya tubuh akan kedinginan, masuk angin, bisa sakit. Maka melihat jadwal kedatangan tram adalah hal yang cukup penting, kalau tidak nanti bisa terlambat dan harus menunggu lama lagi. Itu adalah salah satu contoh kecil tentang fungsi disiplin di sini.

Eropa Mengajarkan untuk Lebih Memperkaya Resep Masakan
Belajar memasak sejak bangku sekolah nyatanya belum cukup puas untuk memperkaya variasi resep makanan. Untuk orang Asia, memasak sendiri adalah hal yang perlu dilakukan, mengingat tentang kehematan, tentang selera, juga (mungkin untuk yang muslim) tentang kehalalan.


Eropa Mengajarkan Bahwa Ilmu Pengetahuan Itu Pahit Rasanya
Ini adalah salah satu kalimat epilog dalam film 99 Cahaya di langit Eropa. Sangat benar, pelajar dari Indonesia akan tersentak dengan rasa ilmu pengetahuan di sini. Cobalah sendiri datang kemari.



Eropa Mengajarkan untuk Lebih Cinta Tanah Air
"Dulu gue boro-boro ngomong nasionalisme. Tapi semenjak hidup di sini rasa cinta sama Indonesia koq tiba-tiba jadi semakin berasa. Mungkin ini ga akan terjadi kalau gue ga pernah ke sini," kata Y. 
 
Tapi perlu digarisbawahi, bahwa tiap orang punya caranya sendiri-sendiri untuk mencintai sesuatu, termasuk untuk tanah air. Ada yang sibuk berkarya di luar negeri dalam jangka waktu yang lama, membuat penemuan besar yang tidak bisa dilakukan dengan segala keterbatasan di tanah air, mematenkan dengan namanya, kemudian mengharumkan nama bangsa. Itu bentuk dia untuk mencintai Indonesia. Ada pula yang langsung pulang ke tanah air, mengabdi di daerah pedalaman dan ikut serta dalam perbaikan/kemajuan bangsa. Tak lupa terhitung juga mereka yang ingin cari pengalaman dulu beberapa tahun, kemudian baru pulang. Setiap orang punya caranya sendiri-sendiri.

Eropa Mengajarkan Bahwa Belajar Bukanlah Hal yang Sepele
Karena cukup banyak hal yang tidak mudah dicapai di sini. Maka belajar dan mengalahkan rasa malas adalah kuncinya. Mereka yang tidak mau belajar hanya akan terlindas oleh arus persaingan zaman yang begitu deras di sini.



Eropa Mengajarkan untuk Lebih Mandiri
Mandiri adalah kunci lain untuk lebih bertahan hidup di sini. Pun semua itu membutuhkan sikap mental dan daya juang yang tinggi.





Nur Alfi Ekowati
Dresden, 12-10-2014


8 komentar:

  1. Wah, blogger juga rupanya! Bagus,Pi', ceritanya. Jadi ingin menulis yang sama. :)
    Gimana kabar di sana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi ga begitu rajin update tulisan koq :)
      Alhamdulillah baik. Baik juga kan, Pit? Sukses terus yah....

      Hapus
    2. Alhamdulillah :)
      Allahumma aamiin, pi'. Sukses untukmu juga ;)

      Hapus
    3. amiin ya Rabb :)
      Tengkyu Pit

      Hapus
  2. Waaaaah... tulisannya bagus pi

    BalasHapus
  3. Alfiii, ayyo update tulisannya ^ ^

    BalasHapus