9.09.2013

Memukaunya Festival Ramayana Internasional 2013

Pernahkah Anda melihat sendratari? Pernahkah menonton Ramayana Ballet? Bagi masyarakat asli Yogyakarta mungkin pagelaran yang satu ini sudah tidak asing lagi. Pertunjukan seni daerah tersebut dikemas sedemikian menarik dan ditampilkan di panggung terbuka dengan pemandangan Candi Prambanan yang terlihat megah sebagai background-nya. Sudah tentu lokasi panggung berdekatan dengan area wisata candi. Tak heran acara ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara ataupun wisatawan domestik akhir-akhir ini.

Beruntung sekali di akhir pekan kemarin saya berkesempatan menyaksikan acara tersebut. Berbeda dengan pagelaran Ramayana Ballet seperti biasanya, pagelaran kali ini diisi oleh serangkaian pertunjukan dari sebuah event internasional. Festival Ramayana Internasional 2013 yang dikemas dengan tema Similarity in Diversity menjadi tajuk pada acara besar tersebut. Acara digelar pada tanggal 6-9 September 2013 di Panggung Terbuka, Candi Prambanan, dimulai pada pukul 19.00 WIB. Beberapa negara lain turut serta menjadi peserta acara, seperti India, Kamboja, Myanmar, Singapura, Malaysia, Laos, Filipina, dan Thailand. Tiket masuk yang tidak dikenakan harga tentu saja menjadi daya magnet lebih untuk wisatawan. Jika dibandingkan dengan tiket Ramayana Ballet yang biasanya berharga ratusan ribu rupiah, kala itu pengunjung tak pelu merogoh kocek sepeser pun. Maka tak heran ketika saya menyaksikan begitu panjangnya antrian di depan loket waktu itu. Tiket sendiri sebenarnya dapat dipesan secara online, namun sepertinya sedikit saja yang tahu mengenai hal tersebut.

Setidaknya ada tiga pertunjukan yang saya saksikan malam itu. Mereka merepresentasikan Myanmar, Singapura, dan Indonesia. Khusus untuk Indonesia, ada dua delegasi yang menjadi peserta, yaitu Yogyakarta dan Bali. Penampilan dari Bali terpaksa tidak dapat saya lihat karena digelar pada malam berikutnya.

Pada intinya semua peserta menampilkan cerita seputar Anoman, Rama, dan Sinta dengan versi negaranya masing. Ini menandakan bahwa kisah Ramayana memang dikenal di berbagai negara di dunia. Maka dapat dilihat berbagai perbedaan dari penampilan masing-masing negara, seperti dari segi kostum dan bahasa dialog.

Penampilan Myanmar menarik untuk disimak kala itu.











Penampilan Singapura juga tak kalah menariknya.











Peserta dari Indonesia (Yogyakarta) bukan menarik lagi, tapi spektakuler. Puluhan bahkan ratusan aktor dan penari terlibat dalam pementasan. Penampilan diawali oleh Si Anoman yang muncul beserta sejumlah manusia kera dari panggung sisi atas.





Beberapa menit kemudian Sinta dan puluhan penari Jawa khas keraton berakting.




Tak lama setelah itu Rahwana keluar dengan puluhan pasukannya.




Kemudian Anoman dan Rahwana beradu kekuatan.






Pada klimaksnya properti-properti seperti rumah dan gubug-gubug diobong (dibakar) oleh para pasukan.








Sepanjang malam sorak sorai suara penonton sangat meramaikan acara tersebut. Namun pertunjukan yang dibawakan oleh delegasi Yogyakarta benar-benar menyedot perhatian tersendiri untuk para penonton. 


Tepuk tangan paling ramai mungkin memang pas disampaikan kepada tim tersebut, karna memang apa yang ditampilkan benar-benar memukau dan membuat orang berdecak kagum luar biasa. Penonton sebelah saya saja tak jarang berteriak karna saking terkesimanya menyaksikan tim dari Indonesia. Hingga acara usai mereka pun berbondong-bondong turun ke panggung untuk bisa berfoto bersama para peserta.


Secara khusus, selain saya merasa takjub dengan penampilan yang ada, sekaligus rasa bangga pun muncul saat menyaksikan tim dari Indonesia. Saking terpesonanya semakin saya menyadari bahwa budaya dari negara kita ini begitu unik dan indah. Bangganya menjadi Indonesia.




Nur Alfi Ekowati
[09-09-2013]

0 komentar:

Posting Komentar