8.27.2013

Jalan-Jalan ke Surabaya dan Sekitarnya

Jawa Timur memiliki daya tarik tersendiri untukku. Ingin rasanya pergi sendiri tanpa harus menunggu teman yang kadang malah membuat lama rencana dan berujung gagal. Maka dengan uang seadanya dan baju secukupnya beberapa minggu yang lalu aku pergi bergegas seorang diri mencari kendaraan menuju Jawa Timur. Mumpung sedang libur maka kesempatan harus segera dimanfaatkan. Tak ada kata pusing untuk memikirkan kota mana yang perlu aku kunjungi. Niat berlibur dan refreshing tertata langsung pada satu kota besar di provinsi itu, Surabaya. Maka kusampaikan tujuanku tersebut pada si pengemudi.

Madiun, Separuh Perjalanan
Beruntung sekali aku bisa berhenti cukup lama di Madiun. Kutemukan sebuah rumah makan dan toko-toko di sekitarnya. Beberapa bapak-bapak terlihat sedang mencoba menghibur para pengunjung dengan musik organ tunggal

Penginapan Tarif Murah
Hari terasa panas. Waktu telah menunjukan pukul 7 malam. Kurang lebih 10 jam sampailah pada tujuanku. Alhamdulillah. Surabaya nampak ramai, seakan kota sedang menyambut kedatanganku. Setibaku di sana aku segera mencari tempat penginapan. Berbekal info dari seorang teman sebelumnya, maka kutemukan sebuah kampung yang menyediakan berjejer tempat penginapan dengan harga relatif sangat terjangkau. Hiruk-pikuk manusia berlalu-lalang di sudut-sudut gang sungguh membuat suasana menjadi hangat. Kutemukan satu penginapan yang cukup recommended menurut warga sekitar. Terlihat seorang bapak dari lingkungan sekitar yang sedang berkunjung dan menonton televisi.


Tanpa ragu langsung kucari kamar kosong. Kutemukan sebuah kamar yang terlihat cukup nyaman di pojok ruangan. Ingin rasanya kurebahkan badan ini setelah hampir seharian rasa capek mendatangiku akibat duduk berjam-jam di dalam kendaraan. Tapi rasanya akan lebih baik jika sholat Isya ditunaikan terlebih dahulu. Maka bergegas kumencari tempat wudhu. Air-air segar dari kran membasahi wajah ini. Dengan khusyu' kutunaikan sholatku, dan kucoba lantunkan doa-doa semampuku. Sungguh, ini adalah hari yang melelahkan, tapi sebuah kenangan kecil segera kutorehkan di tempat ini.


Lontong Mie
Malam itu juga setelah rasanya cukup istirahat beberapa menit, aku mencoba keluar penginapan dan menikmati suasana kampung. Sebenarnya bukan kampung, tapi ini kota, kota Surabaya. Namun karna tempat penginapan yang ada di dalam gang-gang, membuat suasananya memang seperti kampung. Kulihat banyak orang berjualan di sepanjang gang. Anak-anak kecil berlari kesana kemari dengan riangnya. Ibu-ibu dan bapak-bapak duduk santai di teras-teras rumah. Sungguh terlihat menyenangkan.
Kucoba keluar dari gang-gang dan mencari jalan raya. Suasana tak kalah ramai. Aku berjalan seorang diri mencoba menikmati sudut-sudut daerah. Tiba-tiba kudapati perut ini dalam keadaan keroncongan. Sebuah warung merayuku untuk memasukinya. Pada akhirnya aku memesan sepiring makanan khas dari kota itu, Lontong Mie.

Mall di Dalam Rumah Sakit
Keesokan harinya aku pandangi seisi kota dengan berjalan kaki. Ingin rasanya menjelajah ke tiap penjuru kota. Sungguh, Surabaya kota yang sangat ramai. Terlihat orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Berbagai jenis manusia hilir mudik di jalan raya. Mereka bertas dan berjas ciri orang kantoran, ada pula yang mengalungkan lap wajah di lehernya pertanda dia adalah seorang supir angkot. Pun anak-anak sekolah dengan seragam khas mereka turut meramaikan suasana daerah. Juga kulihat seorang bapak yang sibuk masuk keluar gang untuk menawarkan dagangan sayurannya dengan sepeda motor.

Begitu kulakukan saat menghabiskan hari-hariku di Surabaya. Jalan-jalan ke kampus ITS, melihat gedung-gedung Unair, Tanjung Perak, sampai pada suatu hari kutemui sebuah gedung yang menarik mata. Kulihat gedungnya begitu ramai, penuh dengan orang sakit keluar masuk, tapi ada pula orang-orang yang sibuk membawa bermacam-macam hasil belanjaan dari tempat tersebut. Maka kucoba masuk untuk menghilangkan rasa penasaranku. Ternyata itu adalah sebuah rumah sakit yang di dalamnya terdapat tempat perbelanjaan seperti mall. Mall sendiri berada di lantai satu. Entah ada berapa lantai si rumah sakit dan berapa lantai yang dijadikan pusat perbelanjaan. Dr. Soetomo, begitulah nama rumah sakit itu.

Dari mall tersebut rasanya ingin menapaki mall lain. Maka dengan menaiki angkot kusampaikan pada supir tentang tujuanku. Si supir merekomendasikan sebuah mall yang satu arah dengan rutenya. Diantarlah aku ke depan sebuah mall, DTC-Monokromo. Kudengar mall tersebut adalah salah satu icon kota Surabaya. Mall tersebut tak kalah ramai dengan mall-mall di tempat yang lain, super padat pengunjung. Kulihat begitu banyak dari mereka yang sedang asik memilih barang-barang seperti baju, tas, sepatu, dan sebagainya.
Sampai Jumpa di Lain Kesempatan, Surabaya
Kuhitung sudah tiga hari aku di Surabaya, mencoba bersolo traveling dengan bekal seadanya. Kurasa walaupun aku hanya berkesempatan dengan waktu yang singkat, sungguh kunikmati perjalananku. Perjalanan yang membuatku berpikir dan banyak merenung. Mencoba menjelajah ingatan akan dosa-dosaku selama ini. Di tengah hiruk-pikuknya manusia kala itu aku hanya manusia biasa, sama halnya dengan yang lain, diberi anugerah, rezeki, dan berbagai nikmat tiada tara. Alhamdulillah....
Dan sebuah bus pun siap untuk kutumpangi untuk pulang. Di tengah perjalanan, bus beristirahat di daerah Ngawi. Namun hanya beberapa menit saja, dan bus pun siap melanjutkan perjalanan untuk membawaku ke tempat semula, Yogyakarta.



Nur Alfi Ekowati
[27-08-2013]

0 komentar:

Posting Komentar