9.22.2012

Queen An-Nuur

Mengaji adalah salah satu rutinitas kesukaanku semasa kecil. Sejak sebelum duduk di bangku sekolah aku sudah senang mengaji. Mengaji banyak hal di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) Darussalam, sungguh sangat menyenangkan. Belajar mengkaji Al-Qur'an, sejarah nabi-babi, akidah, akhlak, fiqih, dan lain sebagainya. Dan kebiasaan itu ternyata masih terjadi sampai sekarang. Namun berbeda dengan sistem pendidikan yang dulu, tentu saja. Saat ini, pasca aku pindah ke kota Jogja ini, aku mengaji dengan seorang murabiah (guru ngaji perempuan), beliau adalah salah satu dosen dari UIN Sunan Kalijaga. Pembawaan beliau yang ramah dan "muslimah" sekali, serta cara mengajar beliau yang cukup menarik membuat aku semakin semangat memperdalam nilai-nilai agama.

Mengaji di UIN, awalnya memang aku cukup susah menemukan tempat kajian rutin tiap pekan seperti sebelumnya. Sebelumnya aku sudah terbiasa mengaji dengan seorang murabiah di kampus (Ukhti Murtiningsih, Ukhti Hema, sempat juga dengan Ibu Muhibin), sekali dalam sepekan.Sampai suatu ketika aku berkenalan dengan seorang ukhti yang baik hati, Ukhti Rizqy. Dia memperkenalkanku dengan seorang murabiah bernama Ibu Dyah. Alhamdulillah semenjak itu aku mulai bisa mengaji lagi pasca pindah ke kota ini. Mengaji pekanan yang aku jalankan secara rutin seminggu sekali ini biasa disebut liqo/halaqoh (asal katanya berarti "berjumpa/berkumpul"), atau tarbiyah (asal katanya berarti "pendidikan (agama Islam)"). Sistem mengajinya bukan mengaji ramai-ramai seperti tabligh akbar, tapi lebih ke privat beberapa orang saja dalam satu kelompok kajian. Materi yang dipelajari beragam, ya sama halnya dengan materi pelajaran di TPA, namun lebih mendetail karena tingkatannya sudah pasti berbeda.

Aku sangat tertarik mengaji bersama Ibu Dyah. Aku bela-bela untuk berangkat keluar kos lebih pagi sebelum bekerja untuk datang mengaji di selasar Masjid UIN. Dengan beberapa temanku dari berbagai daerah asal kami mengkaji materi-materi Islam. Subhanallah, suasana mengaji di Masjid UIN sangat mendukung untuk belajar. Hening dan damai.

Namun dikarenakan sebuah alasan yang syar'i pada akhirnya Ibu Dyah mentransferku untuk mengaji dengan seorang murabiah lain, Teh Lia. Teh Lia tidak kalah kompeten untuk mengajar materi-materi tarbiyah. Sistem mengajarnya juga menarik. Tidak melulu mendengarkan materi kajian saja, tapi sesekali kami mengadakan kegiatan-kegiatan menarik, seperti jalan-jalan, silaturahmi, hingga masak-memasak. Hmm...those are very interesting, aren't they?


Alhamdulillah, aku jadi semakin banyak ilmu soal Islam, semakin banyak pengalaman, semakin banyak teman. Aku dipertemukan dengan beberapa muslimah yang berakhlak baik dari berbagai daerah di negeri ini. Alhamdulillah, mereka bisa menjadi contoh dan pemacuku untuk memperbaiki akhlak-akhlak burukku. Mereka adalah beberapa akhwat, ditambah aku sendiri, kami menamakan kelompok mengaji kami dengan nama Queen An-Nuur. Hmmm, nice name I think. :)





Nur Alfi Ekowati
[Sabtu, 22-09-2012]

0 komentar:

Posting Komentar