5.21.2008

Senyummu Adalah Inspirasiku


Taukah kamu siapa salah satu orang yang paling aku banggakan di dunia ini? Bagiku dia adalah sosok yang perkasa, baik hati, penyayang, cinta sesama, berbudi luhur, dan yang paling penting beliau sangat menyayangiku. Begitupun sebaliknya, aku juga menyayanginya. Bibirnya yang murah senyum selalu menginspirasiku untuk selalu tersenyum kepada orang lain. Sikapnya yang ramah juga membuatku ingin menirunya. Dan yang paling aku kagumi dari sosoknya adalah jiwa pekerja keras yang melekat pada tubuhnya. Dia adalah kakekku sendiri. Mungkin foto di samping ini cukup untuk menjelaskan semuanya. Foto letih yang alami ini kuambil saat kakek pulang dari sawah.

Kadang aku merasa terenyuh ketika harus melihatnya memegang cangkul di sawah. Namun apa daya aku, di usianya yang sudah lanjut dia enggan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai petani. Ya, kakekku yang ini adalah sosok petani yang ulet. Semua anggota keluarga sudah menasihati untuk beristirahat di masa tuanya. Tapi kakek selalu berpikir lebih baik bekerja daripada menganggur dan bengong di rumah. Hal inilah yang membuatku salut padanya. Usianya saat ini sudah lebih dari 85 tahun.

Kalau malam tiba, aku dan kakek suka berbagi cerita. Kakek bercerita masa bahola yang penuh perjuangan. Sedangkan aku bercerita masaku sekarang dengan banyak tema. Kadang kami tidak begitu nyambung dengan cerita satu sama lain, mungkin karena perbedaan zaman. Aku selalu mendengar ceritanya sembari ku pijat kaki, tangan, dan punggungnya. Aku bisa merasakan betapa letihnya dia ketika harus bekerja di siang hari. Kubayangkan juga betapa beratnya kehidupan yang harus dia pikul sedari kecil. Dulu kakek sering dikejar-kejar kompeni Belanda untuk dibunuh, padahal kakek tak mengerti apa-apa. Dia juga sering bercerita, baginya kelaparan sudah menjadi hal yang biasa.

Sedari kecil kakek sudah menjadi yatim piatu, jadi keadaanlah yang menuntutnya untuk bekerja keras sedari kecil demi mendapat sesuap nasi. Ketika anak-anak yang lain bisa belajar dengan tenang di bangku sekolah, kakek justru sibuk dengan pekerjaannya. Sampai-sampai sekarang pun ia masih merasakan akibatnya, sampai sekarang dia susah membaca. Berbagai pekerjaan telah dilakoni. Katanya semasa mudanya kakek suka sekali berdagang, terutama berdagang beras. Memanggul karung beras yang berat dengan jalan kaki bermil-mil jauhnya dan berhari-hari, kemudian dijual di desa. Pernah suatu ketika dia memanggul beras dengan menyeberangi sungai yang aliran airnya deras. Belum sampai di seberang dia terjatuh hingga akhirnya karung berasnya terbawa arus sungai. Tragis! Dia pulang dengan tangan kosong, padahal waktu itu nenek dan keluarga telah berhari-hari menunggunya demi sesuap nasi. Tapi kondisi dulu sudah jelas berbeda dengan sekarang. Kakek tak perlu susah payah lagi pergi jauh-jauh untuk mencari beras. Alhamdulillah keluarga kami berkecukupan dan cukup untuk menutupi kesedihan kakek di masa lalu.

Bagiku kakek adalah salah satu orang yang paling mengerti aku. Kakek juga selalu bersedia mendengar keluh kesahku. Dia selalu mendoakanku agar bisa menjadi orang sukses. Dia selalu mendukungku dalam segala hal. Ingin rasanya kuberikan sesuatu yang terbaik untuknya. Aku sangat menyayanginya. Aku suka sekali mendengar cerita, saran, dan nasihatnya. Aku juga suka sekali dengan senyumnya yang selalu memberiku semangat dalam hidup! Kakek...I LOVE YOU. I wanna make you happy.



Nur Alfi Ekowati
[21-05-2008]

0 komentar:

Posting Komentar