Alkisah, pada
suatu hari Lukman Hakim mengajak anaknya ke pasar dengan menuntun
keledai. Di jalan mereka bertemu dengan seseorang. Orang itu
mengatakan, “Bodoh sekali bapak dan anak itu, bawa keledai tapi
tidak dinaiki, malah dituntun." Mendengar omongan ini, anaknya
kemudian naik ke atas punggung keledai.
Di jalan
mereka lalu bertemu dengan orang yang lain, orang itu lalu
mengatakan, ”Durhaka sekali anak itu, masak bapaknya disuruh jalan
kaki, sedangkan dia malah enak-enakan naik keledai”. Mendengar
ucapan orang kedua, anaknya langsung turun, dan menyuruh bapaknya
(Lukman Hakim) untuk naik ke atas keledai.
Di tengah
perjalanan, kembali mereka bertemu dengan seseorang yang lain,
sebagaimana kedua orang sebelumnya, orang ketiga ini juga
mengomentari, “Bagaimana Bapak ini, tega sekali naik keledai
sendiri, sedangkan anaknya disuruh jalan kaki."
Tidak tahan
mendengar komentar ini, anaknya lalu naik ke punggung keledai.
Jadilah mereka berdua naik keledai berjalan ke arah pasar. Seperti
sebelumnya, di tengah jalan mereka bertemu dengan orang keempat,
orang ini lalu berkata “Tega-teganya bapak dan anak itu, keledai
kecil seperti malah dinaikin berdua.”
Anaknya
langsung turun, kemudian berlari dan kembali lagi dengan membawa kayu
dan seutas tali. Keledai itu lalu diikat dan dipikul oleh mereka
berdua. Akhirnya
mereka sampai di pasar, ternyata ketika dijual keledainya tidak laku,
karena tidak ada orang yang mau membeli keledai yang lemah. Sang anak
kemudian bertanya kepada Lukman Hakim. “Bapak kan ahli hikmah, yang
sering dimintai solusi oleh masyarakat, bagaimana ini yang terjadi
dengan kita sekarang?”
Kemudian
Lukman berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, janganlah engkau
mengikuti pendapat orang lain yang tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan mereka belaka.”
Kemudian dilanjutkannya dengan mengutip kata-kata Ali bin Abu Tholib, ”Dan janganlah engkau mencari kebenaran (al-haqq) dari makhluk, tetapi temukanlah kebenaran (al-haqq) yang dari Rabb terlebih dahulu baru kemudian engkau tentukan siapa-siapa yang barada di sana.”
Dari kisah ini, Lukman mengajarkan hikmah pada anaknya mengenai bagaimana seharusnya mengambil keputusan dan bagaimana bersikap atas keputusan yang telah diambil.
Kepada anaknya Lukman mengatakan ”Wahai anakku, sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang-orang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang harus menjadi pertimbangannya.”
Hikmah:
Menjadikan
Allah sebagai satu-satunya pertimbangan sesungguhnya membuat jiwa
tenang dan jauh dari kebimbangan. Hanya Allah yang kuasa atas baik
dan buruk, bahagia dan bencana, sulit dan mudah, maupun tenang dan
gelisah.
Hikmah lain yang terkandung, teruskanlah bekerja demi kepentingan mulia. Jangan hiraukan celaan dan tanggapan-tanggapan jelek orang lain, tapi maafkanlah mereka. Karena tidak ada jalan untuk memuaskan mereka semua.
Ingatlah, kebenaran datangnya dari Allah. Kebenaran bukan diukur oleh banyaknya orang yang mendukung atau kekuatan yang mempertahankannya. Kebenaran tetaplah kebenaran walaupun yang menerima hanya seorang saja.
This is a
familiar story with rewritten version.
Dresden, 2
April 2015
The
picture is taken from this.
luar biasa ... kapan mudik bu
BalasHapusDian, blognya Dian mana? Sini biar aku kunjungi :)
HapusBelum tau ni Yan pulangnya kapan. :D
Casino in Vegas, NV Jobs - DRM CD
BalasHapusCasino in Vegas, NV Jobs We have 서귀포 출장안마 1 안산 출장마사지 Casino in Las Vegas, NV jobs available on Phone. The 부천 출장안마 casino 경산 출장안마 has one of 춘천 출장안마 the best casino and slot machines in the